Laporan Praktikum Teknologi Pati dan Pembuatan Gula Cair dari Pati Sagu

Laporan Praktikum Teknologi Pati dan Pembuatan Gula Cair Dari Pati Sagu. Indonesia memiliki luasan sagu paling luas di dunia, lebih dari 50% populasi sagu dunia dan 90% dari populasi tersebut ditemukan di Papua dan Papua Barat (Bintoro 2008). Luas lahan sagu di Provinsi Papua dan Papua Barat mencapai 5.2 juta ha dan dari luasan tersebut 1.1 juta ha sudah diizinkan untuk dikonversi menjadi lahan non sagu (Djoefrie et al. 2014).



Sekitar 40% dari vegetasi sagu di Papua merupakan areal produksi yang potensial dan siap untuk dipanen (Yumte, 2008).Tanaman sagu yang ditemukan di Provinsi Papua lebih dari 60 jenis aksesi dan Papua dianggap sebagai sentra keragaman genetik sagu terbesar di dunia (Limbongan, 2007).

Tanaman sagu dapat tumbuh baik di lahan sub optimal seperti daerah rawa. Tanah masam atau bersalinitas tinggi yang tanaman lain belum tentu mampu tumbuh baik (Flach dan Schuiling, 1989). Sistem perakaran yang kuat menjadikan pohon sagu sangat kuat dan mampu menahan banjir, goncangan angin, agen bioremediasi untuk menghilangkan kontaminan logam berat maupun mikroorganisme (Stanton, 1991).

Gula merupakan sumber bahan pemanis paling dominan, baik untuk keperluan konsumsi rumah tangga maupun untuk bahan baku industri makanan dan minuman. Tingkat konsumsi gula di Indonesia masih relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara lain, sehingga diperkirakan konsumsi gula akan terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat.

Pada tahun 2014, kebutuhan gula nasional mencapai 5,7 juta ton yang terdiri dari 2,8 juta ton untuk konsumsi langsung masyarakat dan 2,9 ton untuk memenuhi kebutuhan industri (BPS, 2015).

Dalam upaya memenuhi kebutuhan gula dapat digunakan beberapa sumber
pemanis alternatif pengganti gula tebu seperti siklamat, aspartam, stevia, dan gula
hasil hidrolisis pati. Industri makanan dan minuman saat ini memiliki kecenderungan untuk menggunakan sirup glukosa. Di Indonesia bahan baku untuk pembuatan sirup glukosa adalah pati, tersedia banyak baik jumlah maupun jenisnya, misalnya tapioka, pati jagung, pati umbi-umbian dan pati sagu (Triyono, 2008).

Pati sagu memiliki potensi yang besar sebagai bahan dasar pembuatan gula cair, hingga mencapai 20–40 ton ha-1 tahun, maka kebutuhan gula akan tercukupi dari pengolahan pati sagu (Bintoro et al. 2010). Pati sagu dapat dijadikan gula cair dengan cara menghidrolisis pati menggunakan enzim.

Pembuatan Gula cair dengan cara penggunaan enzim, konsentrasi merupakan salahsatu faktor yang menjadi penentu kualitas dan tingkat kesukaan gula cair, sehingga diperlukan konsentrasi enzim yang tepat pada pembuatan gula cair dari pati sagu ini. Berdasarkan uraian tersebut maka dibuatlah praktikum ini agar dapat menentukan konsentrasi enzim yang tepat yang disukai panelis.

Istilah sagu telah digunakan secara luas untuk pati atau tepung yang dihasilkan oleh batang tumbuhan palma, pakis atauumbi akar. Selama ini nama pati dan tepung disamakan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pengertian pati dan tepung disamakan baik sebagai hasil ekstrasi dari pokok batang palma maupun hasil penghancuran (penggilingan) umbi atau biji-bijian seperti ubi kayu, gandum dan padi.

Menurut Louhenapessy et al (2010) pati adalah hasil ekstrasi secara mekanik dalam keadaan basah dari empulur pohon, sedangkan tepung adalah hasil yang didapat dari penggilingan kering dari suatu bahan, yang tetap mengandung serat dan bahan kasar lainnya.

Selengkapnya tentang laporan praktikum teknologi pati dan pembuatan gula cair dari pati sagu dapat diakses DI SINI.

Demikian semoga artikel yang kami tulis tentang laporan praktikum teknologi pati dan pembuatan gula cair dari pati sagu dapat bermanfaat. Apabila ada pertanyaan atau hal yang masih dibingungkan dapat disampaikan pada kolom komentar dibawah. Terimakasih telah meluangkan waktu membaca.