Implementasi Pembelajaran Matematika Di Kelas Rendah Sekolah Dasar Dengan Pendekatan Tematik

Implementasi Pembelajaran Matematika Di Kelas Rendah Sekolah Dasar Dengan Pendekatan Tematik. Matematika adalah suatu bidang ilmu yang melatih penalaran supaya berpikir logis dan sistematis dalam menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan. Mempelajarinya memerlukan cara tersendiri karena matematika bersifat khas. Dengan memahami kekhasan matematika dan karakteristik siswa, dapat diupayakan cara-cara yang sesuai agar tujuan pembelajaran matematika, baik yang bersifat kognitif, psikomotorik, dan afektif dapat tercapai dengan optimal melalui pendekatan tematik ini.


Pendekatan tematik berupa seperangkat wawasan dan aktifitas berpikir dalam merancang butir-butir pembelajaran yang ditujukan untuk menguntai tema, topik maupun pemahaman dan keterampilan yang diperoleh siswa sebagai pembelajaran secara utuh dan padu. Atau dengan pengertian lain pembelajaran tematik adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan, merakit atau menghubungkan sejumlah konsep dari pembelajaran matematika, IPA, IPS dan mata pelajaran lainnya yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan siswa secara stimulan.

Guru harus benar-benar profesional dalam menjalankan tugasnya. Artinya, tanpa dedikasi yang tinggi dari profesi para guru implementasi pendekatan tematik tidak akan mencapai sasaran yang optimal. Pembelajaran matematika yang diajarkan di kelas masih didominasi oleh guru, siswa pasif menerima apapun yang diberikan guru, hanya terjalin komunikasi satu arah saja, tanpa adanya umpan balik/feedback.

Selama ini pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang sulit dan sangat ditakuti oleh siswa karena biasanya berkaitan dengan angka-angka atau perhitungan-perhitungan yang membutuhkan pemahaman konsep berpikir dari abstrak ke konkrit atau sebaliknya.

Seiring perubahan zaman dengan perkembangan teknologi gadget dan sebagainya sekarang ini, budaya instan membuat anak serba mudah mendapatkan atau mengerjakan sesuatu, dikaitkan dengan pembelajaran matematika yang membutuhkan penalaran dan pemahaman konsep secara bertahap, membuat siswa langsung menyerah atau malas mengerjakan soal-soal uraian pemecahan masalah matematika.


Padahal matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam kehidupan untuk dapat mempersiapkan dan mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir logis, sistematis, dan tepat dalam memecahkan sebuah masalah yang terjadi di dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Sekarang dengan bergulirnya kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013 terjadi perubahan pandangan tentang bagaimana seharusnya pembelajaran matematika itu diajarkan dari proses hanya mengajar menjadi ke proses belajar atau dengan kata lain “teacher centered ke student centered” membawa perubahan yang mendasar dalam proses pembelajaran di kelas.

Perubahan tersebut menuntut agar guru tidak lagi sebagai sumber informasi, melainkan sebagai fasilitator atau moderator belajar. Guru sebagai ujung tombak pelaksana pendidikan bukanlah hanya sebagai penerima dan pelaksana pembaruan, namun memiliki peranan sentral dalam perbaikan pendidikan khususnya dalam peningkatan mutu pembelajaran.

Guru juga dalam proses pembelajaran bukanlah pemberi jawaban akhir atas pertanyaan-pertanyaan siswanya, melainkan mengarahkannya untuk membentuk (mengkonstruksi) pengetahuan matematika siswa.

Untuk mengarahkan dan memadukan pengetahuan siswa sebelumnya dengan perolehan pengetahuan yang diajarkan oleh guru, maka guru haruslah dapat menguasai kemampuan atau keterampilan dalam menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran sehingga dapat membangun berpikir kritis siswa dan keaktifan siswa di kelas.

Guru menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran, metoda, teknik dan strategi untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal. Pendekatan pembelajaran yang dipilih haruslah pembelajaran yang dapat menstimulasi kemampuan siswa seperti bentuk pemberian tugas proyek, demonstrasi, pemecahan masalah, yang melibatkan partisipasi aktif siswa.

Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran matematika berorientasi pada kebutuhan siswa adalah peran guru bergeser dari menentukan apa yang akan dipelajari ke bagaimana belajar bermakna dan menyenangkan. Pengalaman belajar ini diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi aktif dengan teman, lingkungan, sekolah dan nara sumber lain.

Pembelajaran matematika harus dipahami secara komprehensif dan bermakna, mulai dari tujuan pembelajaran matematika, konsep matematika, strategi pembelajaran, mengaitkan dan menghubungkan antar konsep matematika dan alasan yang mendasarinya, serta pemanfaatan matematika dalam menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan nyata.

Dengan diberlakukannya kurikulum 2013 salah satunya adalah penerapan pendekatan tematik di kelas rendah yaitu kelas I III di Sekolah Dasar (SD), Kemendikbud punya alasan antara lain sebagai berikut :
  1. Hasil penelitian menunjukan bahwa anak melihat dunia sebagai suatu kebutuhan yang  terlihat  bukan penggalan-penggalan yang terlepas dan terpisah.
  2. Mata pelajaran-mata pelajaran Sekolah Dasar dengan definisi kompetensi yang berbeda menghasilkan banyak keluaran yang sama.
  3. Keterkaitan satu sama lain antar mata pelajaran Sekolah Dasar menyebabkan keterpaduan konten pada berbagai mata pelajaran dan arahan bagi siswa untuk mengaitkan antar mata pelajaran akan menghasilkan hasil pembelajaran siswa.
  4. Fleksibilitas pemanfaatan waktu dan menyesuaikannya dengan kebutuhan siswa.
  5. Menyatukan pemebelajaran siswa untuk konfergensi pemahaman yang diperolehnya sambil mencegah terjadinya inkonsistensi antar mata pelajaran.
  6. Merefleksikan dunia nyata yang dihadapi anak di rumah dan di lingkungannya.
  7. Selaras dengan cara anak berpikir di mana hasli penelitian otak mendukung teori pedagogi dan psikologi bahwa anak menerima banyak hal dan mengolah dan merangkumnya menjadi satu sehingga mengajarkan secara holistik terpadu adalah sejalan dengan bagaimana otak anak mengolah informasi.

Pendekatan tematik di Sekolah Dasar bukanlah merupakan suatu hal yang baru, namun pemahamannya oleh guru belum mendalam, sehingga dalam implementasinya belum sesuai dengan yang diharapkan. Masih banyak guru yang merasa sulit dalam melaksanakan pendekatan ini. Hal ini terjadi antara lain karena guru belum mendapat pelatihan secara intensif tentang pendekatan tematik ini.

Di samping itu juga guru masih sulit meninggalkan kebiasaan kegiatan pembelajaran yang penyajiannya berdasarkan mata pelajaran. Pelaksanaan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar pada saat ini difokuskan pada kelas awal yaitu kelas I, II, dan III atau kelas yang anak-anaknya masih tergolong pada kelas rendah, walaupun sebenarnya pendekatan tematik ini bisa dilakukan di semua kelas.

Implementasi pendekatan tematik dalam pembelajaran matematika di kelas rendah sekolah dasar pada saat kurikulum KTSP hanya berlaku pada kelas 1,2 dan 3 dan pada kurikulum 2013 penerapan pendekatan tematik untuk semua kelas dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 adalah upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan ke arah yang lebih baik.

Pendekatan pembelajaran tematik yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual baik didalam maupun antar mata pelajaran, untuk memberi peluang bagi terjadinya pembelajaran yang efektif dan untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi anak. Pendekatan tematik berupa seperangkat wawasan dan aktifitas berpikir dalam merancang butir-butir pembelajaran yang ditujukan untuk menguntai tema, topik maupun pemahaman dan keterampilan yang diperoleh siswa sebagai pembelajaran secara utuh dan padu.

Atau dengan pengertian lain pembelajaran tematik adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan, merakit atau menghubungkan sejumlah konsep dari pembelajaran matematika, IPA, IPS dan mata pelajaran lainnya yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan siswa secara stimulan.


Harus diakui bahwa guru harus benar-benar profesional dalam menjalankan tugasnya. Artinya, tanpa dedikasi yang tinggi dari profesi para guru implementasi pendekatan tematik tidak akan mencapai sasaran yang optimal. Guru dituntut agar pembelajaran menekankan pada kegiatan individual dan kelompok, dengan memperhatikan perbedaan kompetensi siswa, mengupayakan lingkungan belajar yang kondusif, dan mengelola kelas dengan baik serta tetap harus memperhatikan hal-hal seperti perencanaan, alokasi waktu yang tersedia, sumber belajar-media, materi, prasyarat yang harus dimiliki peserta didik, dan sesuai dengan tingkat perkembangan kemampuannya.

Pendekatan ini tidak akan berhasil jika seorang guru tidak mau mempelajari dan mempraktekkannya, apalagi tidak mau merubah pandangannya tentang peranannya memberikan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan. Jika penyajian pembelajaran masih tetap berpusat pada guru dan pendekatan pembelajaran hanya ceramah terus menerus, monoton, maka kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pun tidak akan berkembang.

Karena mungkin saja kebanyakan guru-guru kita belum memahami atau bahkan belum mengetahui tentang apa dan bagaimana pendekatan tematik ini. Sejalan dengan penerapan kurikulum 2013 penggunaan pembelajaran tematik akan lebih bermakna karena anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya (hand-on) pada akhirnya pembelajaran yang diperoleh semakin mengalami peningkatan karena terdapat peluang untuk siswa dapat membangun pengetahuannya secara utuh, tidak terpecah-pecah dalam mata pelajaran.

Dalam hal ini, berarti siswa sebagai pembelajar aktif tidak hanya sekedar melihat, mendengar, mengingat, menulis dan melakukan perhitungan sesuai dengan telah dicontohkan dan dijelaskan oleh guru tetapi dengan mencoba mengeksplorasi dan menemukan sendiri konsep penyelesaian masalah dari persoalan-persoalan yang dimunculkan di awal pembelajaran sebagai titik awal, sebaiknya persoalan yang diangkat adalah dari kehidupan nyata yang dekat dengan diri siswa atau yang telah dialami siswa.

Bertitik tolak dengan pemaparan di atas tadi, Pembelajaran matematika menggunakan tematik sebagai alternatif dari sekian banyak pendekatan yang ada, meskipun tak ada cara yang terbaik dalam pembelajaran mengajar ataupun cara belajar, sebagaimana yang dikemukakan Entwistle(1981) dalam Suherman (2003:150) There can be no right way to study or best way to teach maka pendekatan tematik perlu mendapat perhatian khusus atau perlu dipertimbangkan untuk dijadikan sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika pada kelas rendah di Sekolah Dasar.

Selengkapnya tentang implementasi pembelajaran matematika di kelas rendah sekolah dasar dengan pendekatan tematik dapat diakses DISINI.

Demikian semoga artikel yang kami tulis tentang implementasi pembelajaran matematika di kelas rendah sekolah dasar dengan pendekatan tematik dapat bermanfaat. Apabila ada pertanyaan atau hal yang masih dibingungkan dapat disampaikan pada kolom komentar dibawah. Terimakasih telah meluangkan waktu membaca.